HADITS TENTANG PEMUDA DAN MESJID
Hadits Pertama: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah[1] [HR. Ahmad]
Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran.
Hadits Kedua: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجنَّة
Hasan dan Husain c adalah tokoh pemuda penduduk surga[2] [HR. At-Tirmidzi]
Hadits Ketiga: Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا
ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
صَنَعَتْ يَمِينُهُ
Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh dibawah naungan
‘Arsynya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allâh Azza wa Jalla (yaitu)
: imam yang adil; Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla ;
Seorang laki-laki yang mengingat Allâh dalam kesunyian (kesendirian) kemudian
dia menangis (karena takut kepada adzab Allâh); Seorang laki-laki yang hatinya
selalu bergantung dengan masjid-masjid Allâh; Dua orang yang saling mencintai,
mereka berkumpul dan berpisah karena Allâh Azza wa Jalla ; Dan seorang
laki-laki yang diajak berzina oleh seorang permpuan yang memilki kedudukan dan
cantik akan tetapi dia menolak dan berkata, ‘Sesungguhnya aku taku kepada
Allâh.’ Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan sesuatu yang ia
sembunyikan, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim][3]
Hadits Keempat: Dikatakan kepada
penghuni surga:
وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أَبَدًا
Sesungguhnya kalian akan terus-menerus muda dan tidak akan pernah menua
selamanya[4] [HR. Muslim]
قَالَ أَبُو بَكْرٍ –وَعِنْدَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ- لِزَيْدِ بْنِ
ثَابِتٍ : إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ لاَنَتَّهِمُكَ، وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ
الْوَحْيَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَتَبَّعِ
الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ
Abu Bakr Radhiyallahu anhu mengatakan kepada Zaid bin Tsâbit saat itu Umar
bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu berada diantara mereka, “Sesungguhnya kamu
laki-laki yang masih muda, cerdas dan kami tidak menuduhmu (berbuat dusta),
kamu dahulu menulis wahyu untuk Rasûlullâh, maka sekarang telitilah al-Qur’an
itu dan kumpulkanlah ia [HR. Al-Bukhâri][5]
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَجُلٍ
وَهُوَ فِي الْمَوْتِ، فَقَالَ: «كَيْفَ تَجِدُكَ؟» قَالَ: أَرْجُو اللَّهَ
وَأَخَافُ ذُنُوبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا
أَعْطَاهُ اللَّهُ الَّذِي يَرْجُو وَأَمَّنَهُ الَّذِي يَخَافُ
Rasulullah mendatangi seorang pemuda yang dalam keadaan sekarat, Rasullah
berkata padanya: bagaimana keadaanmu? Saya berharap kepada Allâh Ya Rasulullah,
dan aku takut akan dosa-sosaku, kemudian Rasulullah bersabda: tidaklah roja’ (
pengharapan) dan khauf ( rasa takut) berkumpul dalam hati seorang hamba
disaat seperti ini, kecuali Allâh akan memberikan kepadanya apa yang dia
harapkan, dan akan melindunginya dari segala hal yang dia takutkan-[6] [HR Ibnu Majah]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا نَغْزُوْ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَابٌ
Dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, “Kami ikut berperang bersama
Rasûlullâh padahal saat itu kami masih muda [HR. Ahmad] [7]
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ شَبَابٌ مِنَ
الْأَنْصَارِ سَبْعِينَ رَجُلًا يُقَالُ لَهُمْ الْقُرَّاءُ يَكُونُونَ فِي
الْمَسْجِدِ فَإِذَا أَمْسَوْا انْتَحَوْا نَاحِيَةً مِنَ الْمَدِينَةِ،
فَيَتَدَارَسُونَ وَيُصَلُّونَ يَحْسِبُ أَهْلُوهُمْ أَنَّهُمْ فِي الْمَسْجِدِ،
وَيَحْسِبُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ أَنَّهُمْ في أَهْلِيهِمْ، حَتَّى إِذَا كَانُوا
فِي وَجْهِ الصُّبْحِ اسْتَعْذَبُوا مِنَ الْمَاءِ، وَاحْتَطَبُوا مِنَ الْحَطَبِ،
فَجَاءُوا بِهِ فَأَسْنَدُوهُ إِلَى حُجْرَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَبَعَثَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمِيعًا،
فَأُصِيبُوا يَوْمَ بِئْرِ مَعُونَةَ، فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى قَتَلَتِهِمْ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu nanhu , beliau mengatakan bahwa ada 70
pemuda dari kalangan Anshâr yang digelari al-Qurrâ’ (para pembaca al-Qur’ân).
Mereka biasa tinggal di masjid Nabawi. Tatkala petang menjelang mereka keluar
kepinggiran kota Madinah, lalu mereka belajar bersama dan mendirikan shalat.
Keluarga mereka menyangka mereka sedang berada di masjid, sementara orang-orang
di masjid menyangka mereka pulang menemui keluarga mereka. Ketika mendekati
waktu Shubuh mereka mencari air lalu mencari kayu bakar yang mereka bawa
dan sandarkan di dinding kamar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
[HR. Ahmad] [8]
Dengan hasil penjualan kayu-kayu tersebut, mereka membelikan makanan buat
para penghuni shuffah. Penghuni shuffah adalah orang-orang fakir yang hijrah ke
Madinah sedangkan mereka tidak memiliki keluarga ataupun kerabat di Madinah,
hingga mereka tinggal di shuffah di dekat masjid Nabawi.
‘Alqamah rahimahullah , salah seorang Shahabat Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu
anhu bercerita, “Aku berjalan bersama Abdullah bin Mas’ûd, kemudaian dia bertemu
dengan Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu yang mengajak dia berbicara. Utsman
Radhiyallahu anhu berkata pada Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu , ‘Wahai Abu
Abdirrahman! Maukah engkau kami nikahkan dengan seorang pemudi? Semoga dia bisa
membangkitkan lagi memori-memori lamamu?’ Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu
pun menanggapinya, ‘Jika engkau mengatakan seperti itu, maka sesungguhnya
Rasûlullâh pernah mengatakan kepada kami:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ , فَلْيَصُمْ , فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda! Barangsiapa sudah mampu untuk menikah, maka hendaklah
dia menikah! Karena menikah lebih menjaga pandangan dan lebih membentengi
kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah dia berpuasa,
sesungguhnya puasa itu adalah tameng bagi pelakunya [HR. Al-Bukhâri
dan Muslim][9]
Hadits Kesepuluh : Dalam hadist Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam tentang dajjal diceritakan :
يَدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئاً شَبَاباً فَيَضْرِبُهُ بِالسَّيْفِ، فَيَقْطَعُهُ
جِزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الغَرَضِ، ثُمَّ يَدْعُوهُ ، فَيُقْبِلُ ، وَيَتَهَلَّلُ
وَجْهُهُ يَضْحَكُ
Dajjal memanggil seorang laki-laki muda belia, kemudian dajjal menebas
lehernya dengan pedang dan membelahnya menjadi dua, kemudian dajjal
memanggilnya kembali, ia pun datang memanggut-manggutkan wajahnya seraya
tertawa [HR. Muslim][10]
Hadits Kesebelas: Dari Mâlik bin
al-Huairist Radhiyallahu anhu , dia berkata:
أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ
مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ
اشْتَقْنَا أَهْلَنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ
فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ
وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لَا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا
رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ
أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
Kami mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami adalah
para pemuda yang hampir sebaya. Kami tinggal bersama Rasûlullâh selama 20 hari.
Sungguh, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang penyayang.
Ketika Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam melihat kami rindu kepada keluarga
kami, Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepada kami tentang
keluarga yang kami tinggalkan, lalu kami mengabarkan kepada Beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam tentang keluarga yang kami tinggal. Kemudian
Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam bersada, ‘Kembalilah kalian kepada keluarga
kalian! dan tinggallah bersama mereka! Ajarilah mereka dan perintahkanlah
mereka! dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan banyak hal,
ada yang bisa saya hafal dan ada pula yang tidak bisa hafal. (Beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:) Dan shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat! Dan apabila waktu shalat telah tiba, maka salah
seorang diantara kalian hendaknya mengumandangkan adzan, dan yang mengimami
kalian adalah orang yang paling tua diantara kalian [HR. Al-Bukhâri][11]
Demikianlah beberapa hadits yang
disebutkan lafazh syabâb didalamnya. Semoga bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVIII/1436H/2015M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak
Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 ]
_______
Footnote
[1] Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (4/151),
dan at-Thabrani dalam kitab al-Kabîr (17/903, no: 853), dan
Abu Ya’la (3/288). Al-Haitsami mengatakan dalam kitab Majma’ Zawâid (10/273),
“Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya’la, dan Thabrani, sanadnya hasan.”
[2] Dikeluarkan oleh
at-Tirmidzi, kitab al-Manâkib, Bab Manâkib al-Hasan dan al-Husain
Radhiyallahu anhuma , no. 3768
[3] Dikeluarkan oleh
Imam al-Bukhâri, dalam Kitab al-Adzân, no. 660, dan Muslim, kitab Zakât,
no. 1031
[4] Dikeluarkan oleh
Imam Muslim, Kitab al-Jannah wa shifat Na’îmihâ, no. 2837
[5] HR. Imam
al-Bukhâri, no. 4679
[6] Dikeluarkan oleh
Ibnu Mâjah, Kitab az-Zuhdi, no. 4261, dan Tirmizi, Kitab
al-Janâiz, no. 983
[7] Imam Ahmad (
1/390, 432)
[9] Dikeluarkan oleh
Imam al-Bukhâri, Kitab an-Nikâh, no. 5065, 5066, dan Muslim, kitab
an-Nikâh,no.1400
[10] Dikeluarkan oleh
Imam Muslim, no. 2137
[11] Dikeluarkan oleh
Imam al-Bukhâri, no. 631, dan Imam Muslim, no. 274